Kamis, 16 Januari 2014

PLTN (Pembangkit listrik tenaga nuklir)

MAKALAH FISIKA INTI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)



 








Disusun sebagai salah satu TUGAS
FINAL semester Fisika inti.


Oleh :

Erni R Manara (20600111022)




JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

BBM yang makin tinggi, serta efek pemanasan global yang dihasilkannya membuat negara-negara maju seperti Amerika menjadikan nuklir sebagai sumber energi yang penting bagi kebutuhan listrik disana.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap (PLTU), dimana menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200 MWe. Sampai tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.
Nuklir diproses menghasilkan panas yang akan dipakai menggerakkan turbin pembangkit listrik. Sesungguhnya prinsip kerja PLTN mirip dengan pembangkit listrik lainnya, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Uap bertekanan tinggi pada PLTU digunakan untuk memutar turbin. Tenaga gerak putar turbin ini kemudian diubah menjadi tenaga listrik dalam sebuah generator.


B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      apakah yang di maksud dengan PLTN?
2.      Bagaimana prinsip kerja dari PLTN?
3.      Apa kelebihan dan kekurangan PLTN?
4.      Bagaimana perkembangan PLTN di Indonesia?

C.    Tujuan
Tujuan  penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui apa  yang di maksud dengan PLTN
2.      mengetahui prinsip kerja dari PLTN
3.      mengetahu kelebihan dan kekurangan PLTN
4.      mengetahui perkembangan PLTN di Indonesia











BAB II
PEMBAHASAN

Seiring dengan perkembangan teknologi, serta semakin kurangnya sumber energi dunia saat ini, sumber daya energi dari Nuklir pun menjadi salah satu yang dipertimbangkan Indonesia menjadi pemasok energi yang sangat potensial bagi kebutuhan masyarakat. 
untuk membuat reaksi Nuklir tersebut terjadi diperlukan pemicu. artinya reaksi Nuklir ini tidak terjadi secara spontan. Namun terlebih merupakan sebuah reaksi dari aksi yang dilakukan pada atom tersebut (dalam hal ini Uranium) Karena Uranium merupakan salah satu atom terberat, dengan kata lain memiliki proton dan neutron yang banyak. Biasanya energi Nuklir Digunakan sebagai pembangkit listrik.
Letak perbedaan PLTN dengan pembangkit lain pada bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan uap, yaitu Uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan tenaga panas (termal) dalam jumlah yang sangat besar serta membebaskan 2 sampai 3 buah neutron.
Peranan energi nuklir dalam pembangkitan listrik adalah sebagai upaya dalam melakukan diversifikasi pasokan energi dalam bentuk listrik, selain itu juga sebagai salah satu upaya konservasi energi guna mendunkung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan.
Industri yang berkaitan dengan pembangkitan listrik tenaga nuklir terdiri dari penambangan uranium, pengolahan menjadi bahan bakar, fabrikasi bahan bakar, pembangkitan listrik dalam reaktor, penyimpanan dan pengolahan ulang bahan bakar bekas dan penyimpanan limbah radioaktif. Dari setiap tahapan daur bahan bakar tersebut akan dihasilkan bahan radioaktif, dengan jenis dan jumlah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah bahan-bahan radioaktif yang dihasilkan dari daur tersebut berdasarkan laporan PBB tahun 1988.
a.       Produksi listrik dari PLTN dan jenis PLTN Daya listrik yang dibangkitkan oleh PLTN di seluruh dunia pada tahun 1989 adalah 189 GWa (1,66 x 1012 kWh; GWa=GW tahun). Berdasarkan jenisnya, PLTN dapat dibedakan menjadi reaktor air tekan (PWR), reaktor air didih (BWR), reaktor berpendingin gas (GCR), reaktor maju berpendingin gas (AGR), reaktor berpendingin air ringan bermoderator grafit (CWGR), reaktor air berat (HWR), reaktor pembiak cepat (FBR), dan lain-lain.
b.   Penambangan Uranium Pada proses penambangan uranium, gas Radon-222 terlepas ke udara. Dari bahan yang mengandung 1% uranium, jumlah gas radon yang terlepas diperkirakan sebesar 1 GBq/ton. Dari bahan dengan konsentrasi U-238 0,2% di Amerika Serikat, maka akan dipancarkan sekitar 20 TBq/Gwa. Dari bahan sisa pada penambangan uranium dengan kapasitas 2000 ton/hari, dipancarkan Rn-222 kira-kira 1 - 7 TBq; U-238 1 – 4GBq; Th-230, Ra-226, Pb-210 masing-masing sekitar 0,2 – 26 Bq
c.    Fabrikasi Bahan Bakar Uranium diperkaya yang diolah dari uranium alam diubah menjadi uranium oksida, uranium flourida atau yang lain, kemudian dibuat menjadi bahan bakar sesudah mengalami pengayaan U-235. Bahan radioaktif yang terlepas ke lingkungan dari proses fabrikasi relatif kecil
d.       Operasi Reaktor Nuklir Pada pengoperasian reaktor nuklir dihasilkan banyak radionuklida hasil belah akibat proses fisi. Ada juga radionuklida lain yang dihasilkan akibat reaksi neutron dengan bahan struktur reaktor, bahan kelongsong bahan bakar, dan pengotor dalampendingin reaktor. Beberapa radionuklida dapat terlepas ke lingkungan. Radionuklida yang terlepas ke udara adalah gas mulia hasil belah (krypton, xenon), gas yang teraktivasi oleh neutron (C-14, N-16, S-35, Ar-41), tritium, yodium, dan lain-lain. Yang terlepas ke lingkungan air adalah tritium, bahan hasil belah atau bahan korosi yang teraktivasi. Tabel 5 menunjukkan lepasan radionuklida ke lingkungan dari pengoperasian reaktor nuklir.
e.     Olah ulang Bahan Bakar Bekas Fasilitas olah ulang bahan bakar bekas di dunia antara lain terdapat di Sellafield (Inggris) dan Raagu (Perancis). Tabel 6 menunjukkan jumlah lepasan radioaktif ke udara dan air dari kedua fasilitas ini pada tahun 1980-1985.
f.       Penanganan limbah radioaktif padat tingkat rendah-menengah Limbah tingkat menengah (Intermediate Level Waste/ILW) hasil pemrosesan air pendingin atau air kolam penyimpan bahan bakar dipekatkan dan dipadatkan dengan semen atau yang lain. Bahan proteksi yang digunakan di daerah pengendalian radiasi menjadi limbah padat tingkat rendah (Low Level waste/ LLW). Dari data-data berbagai negara selain Amerika Serikat diketahui ILW dari PWR dan BWR masing-masing sekitar 5 TBq/GWa, total 10 Tbq/GWa. Jumlah LLW dari PWR sekitar 200 GBq/GWa, BWR sekitar 500 GBq/GWa, total 700 TBq/GWa. Jumlah ILW dari 2/8 reaktor CANDU (HWR) sekitar 5 TBq/Gwa, LLW sekitar 250 GBq/GWa. Jumlah ILW dari GCR adalah sekitar 20 TBq/Gwa, LLW sekitar 10 GBq/GWa. Limbah padat ini dikubur (penyimpanan dangkal), sebagian dibuang di Atlantik Timur Laut pada tahun 1949-1982. Limbah yang disimpan mengandung pemancar a (680 TBq), pemancar b/g (38000 TBq, sampai tahun 1975 termasuk H-3), H-3 (15000 TBq).   

A.    Proses kerja PLTN
Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak bumi. Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN sbb :
Ø  Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yang sangat besar.
Ø  Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan
Ø  Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).
Ø   Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.

B.      Fakta manfaat dan kerugian PLTN
Berikut fakta-fakta seputar energi nuklir yang bisa dipertimbangkan baik buruknya.
1.      Fakta Manfaat:
·         Amerika adalah salah satu negara dengan pengguna energi nuklir terbesar. Nuklir di Amerika menghasilkan sekitar 20 persen energi dari 103 PLTN yang ada.
·         Prancis adalah salah satu pemasok listrik dari energi nuklir terbesar hingga 75% listrik domestik dari 59 PLTN yang beroperasi.
·         Di Asia Korea, menjadi penghasil energi listrik terbesar dari nuklir hingga 40% energi dari 20 PLTN yang beroperasi.
·         Tercatat sekitar 439 PLTN yang beroperasi di 32 Negara
·         Nuklir termasuk ramah lingkungan karena limbah produksinya sedikit di bandingkan dengan bahan bakar fosil karena tidak menghasilkan logam berat seperti cadmium, plumbum, arsen, serta gas emisi seperti SO2, VHC.
·         Pembangkit listrik tenaga nuklir menggunakan reaksi fisi (proses pemisahan atom menjadi inti yang lebih kecil)
·         Sumber energi reaksi nuklir berasal dari Uranium yang tidak terbarukan
·         PLTN menjadi salah satu yang menghasilkan udara bersih di Amerika karena limbah produksi yang sangat sedikit.
·limbah radioaktif nuklir dipendam di didalam wadah di bawah permukaan tanah dan biasanya di gunung hingga radioaktif nya hilang.
2.      Fakta Kerugian/Bahaya:
·         Ledakan Nuklir dapat menghasilkan radiasi sangat tinggi yang melepaskan elektron dan mampu merusak DNA.
·         Bencana Pertama tercatat sebagai bahaya nuklir adalah saat Bom Hirosima dan Nagasaki yang mempu menghancurkan wilayah tersebut hingga berkeping.
·         Saat suatu daerah terkena ledakan nuklir, maka nuklir akan naik ke atmosfer dan tetap berada di atmosfer hingga bertahun-tahun sebelum mengendap di udara atau dipermukaan tanah.
·         Tahun 1979, pembangkit listrik tenaga nuklir meledak di Three Mile Island Pennsylvania. Bencana tersebut membuat 2 juta penduduk terdekat terkena radiasi rendah (kurang dari kekuatan sebuah x-ray).
·         Bencana terburuk lainnya dari ledakan PLTN dalam sejarah terjadi di Ukraina pada tahun 1986. Ledakan di Pembangkit Listrik Chernobyl menewaskan 30 pekerja dan menyebabkan relokasi dari 300.000 penduduk. Dalam tahun-tahun berikutnya, ribuan anak-anak yang tinggal di dekat pabrik menderita kanker tiroid.
·         Jepang telah mengalami 3 kali ledakan PLTN sejak tahun 1999. Kecelakaan terbaru tahun 2011 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima terjadi setelah gempa 9,0 skala Richter dan tsunami berikutnya yang merusak sistem pendingin. Pemerintah mengevakuasi lebih dari 2.000 penduduk dari radius 20 kilometer di sekitar pabrik.
C.    Keuntungan dan kerugian PLTN
1.      Keuntungan PLTN
Berikut ini merupakan Keuntungan dari PLTN(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir):
v  tidak mencemarkan udara. PLTN tidak menghasilkan karbondioksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida, tidak seperti energi lainnya seperti batu bara, gas, dan minyak bumi yang menghasilkan produk sisa. Semua produk sisa ini tidak hanya berbahaya bagi manusia, tapi juga bagi lingkungan. Karbondioksida adalah gas rumah kaca yang ikut memberikan andil terhadap pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Sulfur dioksida bisa menyebabkan iritasi paru – paru sedangkan nitrogen oksida dapat menyebabkan exasperate asthmatic conditions. Nitrogen Oksida juga dapat menyebabkan hujan asam yang berbahaya bagi lingkungan ketika gas ini
v  menghasilkan bahan-bahan sisa padat lebih sedikit.
v  cadangan simber bahan bakar nuklir melimpah.
v  penyediaan bahan bakarnya memerlukan penambangan yang lebih sedikit.
v  lebih ekonomis.Energi Nuklir adalah energi yang murah untuk dihasilkan, ini membuatnya menjadi energi alternatif yang luar biasa. Bisa dibayangkan, satu gram uranium saja mampu menghasilkan energi listrik yang setara dengan satu ton batu bara. Mungkin biaya yang relatif mahal dalam energi nuklir adalah dalam hal konstruksi dari PLTN. Namun ketika PLTN sudah dibangun maka dapat dirasakan bahwa ternyata PLTN merupakan pembangkit listrik yang paling ekonomis. Ini dikarenakan biaya pengoperasian dan bahan bakarnya jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya sumber energi lainnya.
v  persoalan pangangkutan bahan bakar lebih mudah
v  pemilihan letak lebih luwes.
2.      Kerugian energy nuklir sebagai PLTN
Kerugian dari Energi Nuklir jika Dijadikan PLTN adalah sebagai berikut:
v  Menghasilkan bahan sisa radioaktif yang berumur sangat panjang sehingga harus disimpan dan diamankan untuk jangka waktu yang sangat lama.
v  Dapat melepaskan bahan-bahan radioaktif. Perlu ditambahkan bahwa pelepasannya adalah sedemikian rendahnya sehingga tidak begitu berarti apabila dibandingkan dengan latar belakang radiasi yang sudah ada dalam alam. Pelepasan bahan-bahan radioaktif dari suatu Pusat Listrik Tenaga Batu-bara yang berasal dari radio-aktivitas alam dalam batu bara dapat melebihi pelepasan radioaktif dari Pusat Listrik Tenaga Nuk!ir.
v  Dalam PLTN terdapat himpunan bahan-bahan radioaktif dalam jumlah amat besar yang harus dikungkung, dalam keadaan bagaimanapun juga. Oleh karena itu, segi-segi keselamatan yang bersangkutan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat lebih berat dibandingkan dengan PLT-Batu bara.
v  Modal yang diperlukan untuk pembangunan PLTN lebih besar dan waktu pembangunannya lebih lama dibandingkan dengan PLT-Batubara
selain itu Energi nuklir juga dapt digunakan sebagi senjata. Dalam hal ini senjata nuklir ini sudah di gunakan 2 kali. yaitu oleh amerika dalam perang dunia II untuk menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki. Yang paling berbahaya dari Energi Nuklir ini (Jika PLTN meledak, Atau dalam senjata) adalah Radiasi Radioaktif. Radiasi tersebut dapat menyebabkan kanker, baik kanker kulit, tulang, darah, dsb. selain itu Radiasi tersebut juga menyebakan mutasi gen, bahkan menyebabkan kematian. Kecelakan Nuklir terparah sepanjang sejarah terjadi di rusia pada Tanggal 26 April 1986, tepatnya di Chernobyl. jumlah korban kecelakaan di Chernobyl yang mencapai 1 juta jiwa.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap teknologi tidak mungkin aman 100%. Kita sebagai pengguna teknologi harus bujak dalam menggunakan teknologi sehingga dapat meminimalisir damapk negatif teknologi tersebut.

D.    Keselamatan Nuklir
Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini dilakukan untuk menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak terlepas ke lingkungan baik selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan. Tindakan protektif dilakukan untuk menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan aman setiap waktu jika diinginkan dan dapat tetap dipertahanan dalam keadaan aman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untyuk ini panas peluruhan yang dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan bahaya akibat pemanasan lebih pada reaktor.
1.      Keselamatan terpasang
Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal beroperasi.
2.      Penghalang Ganda
PLTN mempunyai sistem pengaman yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkannya sangat kecil. Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar (> 99%) akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan, kelongsongan bahan bakar akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsongan. Dalam hal zat radioaktif masih dapat keluar dari dalam kelongsongan, masih ada penghalang ketiga yaitu sistem pendingin. Lepas dari system pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan dibuat dari baja dengan tebal ± 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5-2 m. Bila zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu sistem pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal ± 7 cm dan beton setebal 1,5-2 m yang kedap udara. Jadi selama operasi atau jika terjadi kecelakaan, zat radioaktif benar-benar tersimpan  dalam reaktor dan tidak dilepaskan ke lingkungan. Kalaupun masih ada zat radioaktif yang terlepas jumlahnya sudah sangat diperkecil sehingga dampaknya terhadaP lingkungan tidak berarti.

Gambar 1. Sistem Keselamatan Reaktor dengan Penghalang Ganda
3.      Pertahanan Berlapis
Disain keselamatan suatu PLTN menganut falsah pertahanan berlapis (defence in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi : lapisan keselamatan pertama, PLTN dirancang, dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir; lapis keselamatan kedua, PLTN dilengkapi dengan sistem pengaman/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi akibat-aibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN dan lapis keselamatan ketiga, PLTN dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan, yang dapat diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun demikian kecelakaan tersebut kemungkinan terjadinya sedemikian sehingga tidak akan pernah terjadi selama umu uperasi PLTN.
4.      Limbah Radioaktif
Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap linkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondesnsor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reaktor. Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam system pengungkung PLTN dan sudah melalui sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun), sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 – 80 %). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu :
Ø  Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.
Ø  Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan.
Ø  menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi. Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan di dalam drum/beton dengan semen. Sedangn limbah padat yang tidak dapat dibakar atau tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif. Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan lembah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat.

Gambar  2. Pengolahan limbah

Di Indonesia gagasan untuk pembangunan PLTN sebenarnya telah ada semenjak tahun 1956, namun pada tahun 1972 ide tersebut baru muncul bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan di adakannya seminar yang menghasilkan bahwa PLTN harus di kembangkan di Indonesia dan pada saat itu juga di usulkan 14 tempat untuk pembangunan PLTN yang salah satunya di Semenanjung Muria. Namun sampai pada saat ini pembangunan PLTN belum juga dapat terlaksana di karenakan banyaknya alasan-alasan. Padahal PLTN tidak menyebabkan polusi udara yang begitu parah, limbah dari PLTN hanya berupa H2O, CO2, dan limbah-limbah lain yang akan kembali pada kolam penampungan agar dampak dari radiasi dapat di abaikan. Seharusnya kita tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut secara berlebihan karena reaktor nuklir telah dirancang sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, selain itu pembangunan PLTN dari tahap perencanaan rencangan bangunan sampai dengan tahap dekomisioning akan di awasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir Internasional dan Badan Pengawas Dalam Negeri, jadi tidak ada alasan untuk mengkhawatirkan hal tersebut secara berlebihan.
Sampai saat ini Indonesia belum berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuahpun PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia. Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial, berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan statistik PLTN dunia tahun 2002 terdapat 439 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia dengan kapasitas total sekitar 360.064 GWe, 35 PLTN dengan kapasitas 28.087 MWe sedang dalam tahap pembangunan. PLTN yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas 29.385 MWe. Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa negara Asia dan Eropa Timur. Memang di negara maju tidak ada PLTN yang baru, tetapi ini tidak berarti proporsi listrik dari PLTN akan berkurang. Di Amerika beberapa PLTN telah mendapatkan lisensi perpanjangan untuk dapat beroperasi hingga 60 tahun, atau 20 tahun lebih lama daripada lisensi awalnya.
Pada perkembangan selanjutnya setelah dilakukan beberapa studi tentang beberapa lokasi PLTN, maka diambil suatu keputusan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang paling ideal dan diusulkan agar digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTN yang pertama di Indonesia. Disusul kemudian dengan pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN yang pertama pada tahun 1978 dengan bantuan Pemerinatah Itali, meskipun demikian, rencana pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu penyelesaian pembangunan dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang saat ini bernana “GA Siwabesy” berdaya 30 MWth di Puspiptek Serpong.
Pada tahun 1985 pekerjaan dimulai dengan melakukan reevaluasi dan pembaharuan studi yang sudah dilakukan dengan bantuan International Atomic Energy Agency (IAEA), Pemerintah Amerika Serikat melalui perusahaan Bechtel International, Perusahaan Perancis melalui perusahaan SOFRATOME, dan Pemerintah Itali melalui perusahaan CESEN. Dokumen yang dihasilkan dan kemampuan analitis yang dikembangkan dengan program bantuan kerjasama tersebut sampai saat ini masih menjadi dasar pemikiran bagi perencanaan dan pengembangan energi nuklir di Indonesia khususnya di Semenanjung Muria.
Pada tahun-tahun selanjutnya masih dilakukan lagi beberapa studi tambahan yang mendukung studi kelayakan yang sudah dlakukan, antara lain studi penyiapan “Bid Invitation Specification” (BIS), studi pengembangan dan evaluasi tapak PLTN, studi perencanaan energi dan kelistrikan nasional dan studi pendanaan pembangunan PLTN. Selain itu juga dilakukan beberapa kegiatan yang mendukung aktivitas desain dan pengoperasian PLTN dengan mengembangkan penelitian di beberapa fasilitas penelitian BATAN, antara lain penelitian teknologi dan keselamatan PLTN, proteksi radiasi, bahan bakar nuklir dan limbah radioaktif serta menyelenggarakan kerjasama internasional dalam bentuk partisipasi desain PLTN.
Akibat krisis multidimensi yang terjadi pada tahun 1998, maka dipandang layak  Assessment of Different Energy Resources for Electricity Generation in Indonesia” (CADES) yang dilakukan dan diselesaikan pada tahun 2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan meningkat di masa yang akan datang. Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun dan mencapai jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini adalah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000. Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75% akan dibutuhkan di jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan energi guna pembangkitan energi listrik, sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Energi batubara akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% untuk akan disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6% pada tahun 2025.
Mengingat situasi penyediaan energi konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang dengan kebutuhannya, maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional jangka panjang merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia. Berdasarkan kajian yang sudah dilaku           kan tersebut di atas maka diharapkan pernyataan dari semua pihak yang terkait dengan pembangunan energi nasional bahwa penggunaan energi nuklir di Indonesia sudah diperlukan, dan untuk itu perlu dimulai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sekitar tahun 2010, sehingga sudah dapat dioperasikan secara komersial pada sekitar tahun 2016.
BATAN sebagai Lembaga Pemerintah, berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, telah dan akan terus bekerjasama dengan Lembaga Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga dan Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan pengembangan energi nuklir di Indonesia, khususnya dalam rangka mempersiapkan pengembangan energi nuklir tersebut adalah studi dan kajian aspek energi, teknologi, keselamatan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial-budaya, dan manajemen yang tertuang dalam bentuk rencana stratejik 2006-2010 tentang persiapan pengembangan energi nuklir di Indonesia.
teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia sudah siap dengan adanya kerjasama di bidang teknologi nuklir dengan bangsa-bangsa lain. peran masyarakat untuk mendukung pembangunan PLTN di Indonesia ini agar hasil yg kita dapatkan dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia ini. Untuk meningkat pasokan daya listrik yang cenderung defisit, sedangkan sumber daya alam jika     digali terus akan habis juga, sedangkan uranium cadangannya melimpah dan tak akan habis.
Untuk SDM, saat ini Batan memiliki Pusdiklat yang bersertifikasi dan punya Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) yang siap mencetak ilmuwan dan teknolog nuklir masa depan. Selain itu berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, UGM, dan ITB memiliki program pengajaran yang terkait pemanfaatan Iptek nuklir. (sumber: alpensteel.com)

Indonesia saat ini memiliki tiga reaktor riset. Pengoperasian dan perawatan ketiga reaktor itu memberikan pengalaman berharga bagi kita guna menuju ke era listrik nuklir. Perlu diketahui, pengoperasian reaktor riset jauh lebih sulit dan rumit dibandingkan PLTN. Adapun desain suatu PLTN yang dikembangkan di Indo     nesia berpedoman pada filosofi ”Defense in Depth”(pertahanan berlapis) untuk           keselamatan yang mampu mencegah insiden yang mungkin dapat menjalar menjadi kecelakaan.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pembangkit tenaga nuklir (PLTN) menggunakan uranium sebagai bahan bakar. Di dalam PLTN terdapat reaktor nuklir, yaitu tempat terjadinya reaksi inti. Reaksi nti dalam reaktor nuklir menghasilkan uap panas. Uap panas ini digunakan untuk menggerakkan turbin sehingga dihasilkan energi listrik.
Saat ini banyak dibangun reaktor atom, baik untuk maksud-maksud penelitian ataupun sebagai sumber tenaga, seperti tenaga listrik. Di dalam reaktor ini terjadi pembelahan uranium, tetapi dapat dikontrol dengan memberikan moderator seperti air, air berat, grafit atau berilium. Energi atom ini merupakan sumber energi alternatif untuk mengatasi masalah cadangan bahan bakar fosil yang semakin menipis, Di samping, isotop juga banyak digunakan sebagai sumber energi satelit dan persenjataan.
Kalau menurut saya sebaiknya pembangunan PLTN dilaksanakan di tempat yang jauh dari pemukiman penduduk, agar masyarakat menjadi lebih tenang namun walaupun begitu harus di adakan penyuluhan terlebih dahulu kepada masyarakat khususnya warga sekitar tempat pembangunan PLTN tentang PLTN tersebut, tujuannya agar masyarakat dapat lebih tenang lagi, nyaman dan dapat mempercayai pemerintah. Jika perencanaan sudah matang sebaiknya cepat dilaksanakan pembangunan PLTN karena batubara yang selama ini kita pakai sudah tinggal sedikit persediaannya, selain itu masyarakat Indonesia juga sangat membutuhkan PLTN agar mencapai taraf hidup yang lebih baik.


B.     Saran
Kritik dan Saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah. Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai PLTN, penulis mengharapkan agar para pembaca membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul PLTN.

























DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Teknologi Nuklir (BATAN)
Tim Dosen UNHAS. Kimia dasar I. Makassar,UNHAS ;2004
Zia_Ulhaq, Muhammad. Modul fisika inti. Makassar, 2013.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar