MAKALAH
FISIKA INTI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
![]() |
Disusun sebagai salah satu TUGAS
FINAL
semester Fisika inti.
Oleh
:
Erni R Manara (20600111022)
JURUSAN
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
BBM yang makin tinggi, serta efek pemanasan global
yang dihasilkannya membuat negara-negara maju seperti Amerika menjadikan nuklir
sebagai sumber energi yang penting bagi kebutuhan listrik disana.
Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang
menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip
kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap
(PLTU), dimana menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran
turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber
panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium
sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan
energi panas yang sangat besar.
Daya
sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk PLTN
yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200
MWe. Sampai tahun 2006 terdapat 443 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara
keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia.
Nuklir diproses menghasilkan panas yang akan dipakai
menggerakkan turbin pembangkit listrik. Sesungguhnya prinsip kerja PLTN mirip
dengan pembangkit listrik lainnya, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU). Uap bertekanan tinggi pada PLTU digunakan untuk memutar turbin. Tenaga
gerak putar turbin ini kemudian diubah menjadi tenaga listrik dalam sebuah
generator.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. apakah
yang di maksud dengan PLTN?
2. Bagaimana
prinsip kerja dari PLTN?
3. Apa
kelebihan dan kekurangan PLTN?
4. Bagaimana
perkembangan PLTN di Indonesia?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
apa yang di maksud dengan PLTN
2. mengetahui
prinsip kerja dari PLTN
3. mengetahu
kelebihan dan kekurangan PLTN
4. mengetahui
perkembangan PLTN di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Seiring dengan
perkembangan teknologi, serta semakin kurangnya sumber energi dunia saat ini,
sumber daya energi dari Nuklir pun menjadi salah satu yang dipertimbangkan
Indonesia menjadi pemasok energi yang sangat potensial bagi kebutuhan
masyarakat.
untuk membuat reaksi Nuklir tersebut terjadi diperlukan
pemicu. artinya reaksi Nuklir ini tidak terjadi secara spontan. Namun terlebih
merupakan sebuah reaksi dari aksi yang dilakukan pada atom tersebut (dalam hal
ini Uranium) Karena Uranium merupakan salah satu atom terberat, dengan kata
lain memiliki proton dan neutron yang banyak. Biasanya energi Nuklir Digunakan
sebagai pembangkit listrik.
Letak
perbedaan PLTN dengan pembangkit lain pada bahan bakar yang digunakan untuk
menghasilkan uap, yaitu Uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium
menghasilkan tenaga panas (termal) dalam jumlah yang sangat besar serta
membebaskan 2 sampai 3 buah neutron.
Peranan
energi nuklir dalam pembangkitan listrik adalah sebagai upaya dalam melakukan
diversifikasi pasokan energi dalam bentuk listrik, selain itu juga sebagai
salah satu upaya konservasi energi guna mendunkung pengurangan emisi gas rumah
kaca (GRK) secara signifikan.
Industri yang berkaitan dengan pembangkitan listrik
tenaga nuklir terdiri dari penambangan uranium, pengolahan menjadi bahan bakar,
fabrikasi bahan bakar, pembangkitan listrik dalam reaktor, penyimpanan dan
pengolahan ulang bahan bakar bekas dan penyimpanan limbah radioaktif. Dari
setiap tahapan daur bahan bakar tersebut akan dihasilkan bahan radioaktif,
dengan jenis dan jumlah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah bahan-bahan
radioaktif yang dihasilkan dari daur tersebut berdasarkan laporan PBB tahun
1988.
a. Produksi
listrik dari PLTN dan jenis PLTN Daya listrik yang dibangkitkan oleh PLTN di
seluruh dunia pada tahun 1989 adalah 189 GWa (1,66 x 1012 kWh; GWa=GW tahun).
Berdasarkan jenisnya, PLTN dapat dibedakan menjadi reaktor air tekan (PWR),
reaktor air didih (BWR), reaktor berpendingin gas (GCR), reaktor maju
berpendingin gas (AGR), reaktor berpendingin air ringan bermoderator grafit
(CWGR), reaktor air berat (HWR), reaktor pembiak cepat (FBR), dan lain-lain.
b. Penambangan
Uranium Pada proses penambangan uranium, gas Radon-222 terlepas ke udara. Dari
bahan yang mengandung 1% uranium, jumlah gas radon yang terlepas diperkirakan
sebesar 1 GBq/ton. Dari bahan dengan konsentrasi U-238 0,2% di Amerika Serikat,
maka akan dipancarkan sekitar 20 TBq/Gwa. Dari bahan sisa pada penambangan
uranium dengan kapasitas 2000 ton/hari, dipancarkan Rn-222 kira-kira 1 - 7 TBq;
U-238 1 – 4GBq; Th-230, Ra-226, Pb-210 masing-masing sekitar 0,2 – 26 Bq
c. Fabrikasi
Bahan Bakar Uranium diperkaya yang diolah dari uranium alam diubah menjadi
uranium oksida, uranium flourida atau yang lain, kemudian dibuat menjadi bahan
bakar sesudah mengalami pengayaan U-235. Bahan radioaktif yang terlepas ke
lingkungan dari proses fabrikasi relatif kecil
d. Operasi Reaktor Nuklir Pada pengoperasian
reaktor nuklir dihasilkan banyak radionuklida hasil belah akibat proses fisi.
Ada juga radionuklida lain yang dihasilkan akibat reaksi neutron dengan bahan
struktur reaktor, bahan kelongsong bahan bakar, dan pengotor dalampendingin
reaktor. Beberapa radionuklida dapat terlepas ke lingkungan. Radionuklida yang
terlepas ke udara adalah gas mulia hasil belah (krypton, xenon), gas yang
teraktivasi oleh neutron (C-14, N-16, S-35, Ar-41), tritium, yodium, dan
lain-lain. Yang terlepas ke lingkungan air adalah tritium, bahan hasil belah
atau bahan korosi yang teraktivasi. Tabel 5 menunjukkan lepasan radionuklida ke
lingkungan dari pengoperasian reaktor nuklir.
e. Olah ulang Bahan Bakar Bekas Fasilitas olah
ulang bahan bakar bekas di dunia antara lain terdapat di Sellafield (Inggris)
dan Raagu (Perancis). Tabel 6 menunjukkan jumlah lepasan radioaktif ke udara
dan air dari kedua fasilitas ini pada tahun 1980-1985.
f. Penanganan
limbah radioaktif padat tingkat rendah-menengah Limbah tingkat menengah (Intermediate
Level Waste/ILW) hasil pemrosesan air pendingin atau air kolam penyimpan
bahan bakar dipekatkan dan dipadatkan dengan semen atau yang lain. Bahan
proteksi yang digunakan di daerah pengendalian radiasi menjadi limbah padat
tingkat rendah (Low Level waste/ LLW). Dari data-data berbagai negara
selain Amerika Serikat diketahui ILW dari PWR dan BWR masing-masing sekitar 5
TBq/GWa, total 10 Tbq/GWa. Jumlah LLW dari PWR sekitar 200 GBq/GWa, BWR sekitar
500 GBq/GWa, total 700 TBq/GWa. Jumlah ILW dari 2/8 reaktor CANDU (HWR) sekitar
5 TBq/Gwa, LLW sekitar 250 GBq/GWa. Jumlah ILW dari GCR adalah sekitar 20
TBq/Gwa, LLW sekitar 10 GBq/GWa. Limbah padat ini dikubur (penyimpanan
dangkal), sebagian dibuang di Atlantik Timur Laut pada tahun 1949-1982. Limbah
yang disimpan mengandung pemancar a (680 TBq), pemancar b/g (38000 TBq, sampai
tahun 1975 termasuk H-3), H-3 (15000 TBq).
A. Proses
kerja PLTN
Proses kerja PLTN sebenarnya hampir sama
dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang membedakan
antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan.
PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan
suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak
bumi. Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN.
Reaktor daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi,
sedang kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap
menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor
daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW.
Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam
PLTN sbb :
Ø Bahan
bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk
panas yang sangat besar.
Ø Panas
hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa
pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang
digunakan
Ø Uap
air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi
gerak (kinetik).
Ø Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya
dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.
B.
Fakta manfaat dan kerugian PLTN
Berikut fakta-fakta seputar energi
nuklir yang bisa dipertimbangkan baik buruknya.
1.
Fakta Manfaat:
·
Amerika adalah salah satu negara dengan
pengguna energi nuklir terbesar. Nuklir di Amerika menghasilkan sekitar 20
persen energi dari 103 PLTN yang ada.
·
Prancis adalah salah satu pemasok
listrik dari energi nuklir terbesar hingga 75% listrik domestik dari 59 PLTN
yang beroperasi.
·
Di Asia Korea, menjadi penghasil energi
listrik terbesar dari nuklir hingga 40% energi dari 20 PLTN yang beroperasi.
·
Tercatat sekitar 439 PLTN yang
beroperasi di 32 Negara
·
Nuklir termasuk ramah lingkungan karena
limbah produksinya sedikit di bandingkan dengan bahan bakar fosil karena tidak
menghasilkan logam berat seperti cadmium, plumbum, arsen, serta gas emisi
seperti SO2, VHC.
·
Pembangkit listrik tenaga nuklir
menggunakan reaksi fisi (proses pemisahan atom menjadi inti yang lebih kecil)
·
Sumber energi reaksi nuklir berasal dari
Uranium yang tidak terbarukan
·
PLTN menjadi salah satu yang
menghasilkan udara bersih di Amerika karena limbah produksi yang sangat
sedikit.
·limbah radioaktif
nuklir dipendam di didalam wadah di bawah permukaan tanah dan biasanya di
gunung hingga radioaktif nya hilang.
2.
Fakta Kerugian/Bahaya:
·
Ledakan Nuklir dapat menghasilkan
radiasi sangat tinggi yang melepaskan elektron dan mampu merusak DNA.
·
Bencana Pertama tercatat sebagai bahaya
nuklir adalah saat Bom Hirosima dan Nagasaki yang mempu menghancurkan wilayah
tersebut hingga berkeping.
·
Saat suatu daerah terkena ledakan
nuklir, maka nuklir akan naik ke atmosfer dan tetap berada di atmosfer hingga
bertahun-tahun sebelum mengendap di udara atau dipermukaan tanah.
·
Tahun
1979, pembangkit listrik tenaga nuklir meledak di Three Mile Island
Pennsylvania. Bencana tersebut membuat 2 juta penduduk terdekat terkena radiasi
rendah (kurang dari kekuatan sebuah x-ray).
·
Bencana
terburuk lainnya dari ledakan PLTN dalam sejarah terjadi di Ukraina pada tahun
1986. Ledakan di Pembangkit Listrik Chernobyl menewaskan 30 pekerja dan
menyebabkan relokasi dari 300.000 penduduk. Dalam tahun-tahun berikutnya,
ribuan anak-anak yang tinggal di dekat pabrik menderita kanker tiroid.
·
Jepang
telah mengalami 3 kali ledakan PLTN sejak tahun 1999. Kecelakaan terbaru tahun
2011 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima terjadi setelah gempa 9,0
skala Richter dan tsunami berikutnya yang merusak sistem pendingin. Pemerintah
mengevakuasi lebih dari 2.000 penduduk dari radius 20 kilometer di sekitar
pabrik.
C. Keuntungan
dan kerugian PLTN
1. Keuntungan PLTN
Berikut
ini merupakan Keuntungan dari PLTN(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir):
v tidak mencemarkan udara. PLTN tidak
menghasilkan karbondioksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida, tidak seperti
energi lainnya seperti batu bara, gas, dan minyak bumi yang menghasilkan produk
sisa. Semua produk sisa ini tidak hanya berbahaya bagi manusia, tapi juga bagi
lingkungan. Karbondioksida adalah gas rumah kaca yang ikut memberikan andil
terhadap pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Sulfur dioksida bisa
menyebabkan iritasi paru – paru sedangkan nitrogen oksida dapat menyebabkan exasperate
asthmatic conditions. Nitrogen Oksida juga dapat menyebabkan hujan asam
yang berbahaya bagi lingkungan ketika gas ini
v menghasilkan bahan-bahan sisa padat
lebih sedikit.
v cadangan simber bahan bakar nuklir
melimpah.
v penyediaan bahan bakarnya memerlukan
penambangan yang lebih sedikit.
v lebih ekonomis.Energi Nuklir adalah
energi yang murah untuk dihasilkan, ini membuatnya menjadi energi alternatif
yang luar biasa. Bisa dibayangkan, satu gram uranium saja mampu menghasilkan
energi listrik yang setara dengan satu ton batu bara. Mungkin biaya yang
relatif mahal dalam energi nuklir adalah dalam hal konstruksi dari PLTN. Namun
ketika PLTN sudah dibangun maka dapat dirasakan bahwa ternyata PLTN merupakan
pembangkit listrik yang paling ekonomis. Ini dikarenakan biaya pengoperasian
dan bahan bakarnya jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya sumber energi
lainnya.
v persoalan pangangkutan bahan bakar
lebih mudah
v pemilihan letak lebih luwes.
2. Kerugian energy nuklir sebagai PLTN
Kerugian dari Energi Nuklir jika
Dijadikan PLTN adalah sebagai berikut:
v Menghasilkan bahan sisa radioaktif
yang berumur sangat panjang sehingga harus disimpan dan diamankan untuk jangka
waktu yang sangat lama.
v Dapat melepaskan bahan-bahan
radioaktif. Perlu ditambahkan bahwa pelepasannya adalah sedemikian rendahnya
sehingga tidak begitu berarti apabila dibandingkan dengan latar belakang
radiasi yang sudah ada dalam alam. Pelepasan bahan-bahan radioaktif dari suatu
Pusat Listrik Tenaga Batu-bara yang berasal dari radio-aktivitas alam dalam
batu bara dapat melebihi pelepasan radioaktif dari Pusat Listrik Tenaga Nuk!ir.
v Dalam PLTN terdapat himpunan
bahan-bahan radioaktif dalam jumlah amat besar yang harus dikungkung, dalam
keadaan bagaimanapun juga. Oleh karena itu, segi-segi keselamatan yang bersangkutan
dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat lebih berat dibandingkan dengan
PLT-Batu bara.
v Modal yang diperlukan untuk
pembangunan PLTN lebih besar dan waktu pembangunannya lebih lama dibandingkan
dengan PLT-Batubara
selain itu Energi nuklir juga dapt
digunakan sebagi senjata. Dalam hal ini senjata nuklir ini sudah di gunakan 2
kali. yaitu oleh amerika dalam perang dunia II untuk menghancurkan kota
Hiroshima dan Nagasaki. Yang paling berbahaya dari Energi Nuklir ini (Jika PLTN
meledak, Atau dalam senjata) adalah Radiasi Radioaktif. Radiasi tersebut dapat
menyebabkan kanker, baik kanker kulit, tulang, darah, dsb. selain itu Radiasi
tersebut juga menyebakan mutasi gen, bahkan menyebabkan kematian. Kecelakan
Nuklir terparah sepanjang sejarah terjadi di rusia pada Tanggal 26 April 1986,
tepatnya di Chernobyl. jumlah korban kecelakaan di Chernobyl yang mencapai 1
juta jiwa.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
setiap teknologi tidak mungkin aman 100%. Kita sebagai pengguna teknologi harus
bujak dalam menggunakan teknologi sehingga dapat meminimalisir damapk negatif
teknologi tersebut.
D. Keselamatan Nuklir
Berbagai usaha pengamanan dilakukan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan masyarakat, para pekerja reaktor dan lingkungan PLTN. Usaha ini
dilakukan untuk menjamin agar radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir tidak
terlepas ke lingkungan baik selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan.
Tindakan protektif dilakukan untuk menjamin agar PLTN dapat dihentikan dengan
aman setiap waktu jika diinginkan dan dapat tetap dipertahanan dalam keadaan
aman, yakni memperoleh pendinginan yang cukup. Untyuk ini panas peluruhan yang
dihasilkan harus dibuang dari teras reaktor, karena dapat menimbulkan bahaya
akibat pemanasan lebih pada reaktor.
1.
Keselamatan
terpasang
Keselamatan terpasang dirancang berdasarkan sifat-sifat alamiah
air dan uranium. Bila suhu dalam teras reaktor naik, jumlah neutron yang tidak
tertangkap maupun yang tidak mengalami proses perlambatan akan bertambah,
sehingga reaksi pembelahan berkurang. Akibatnya panas yang dihasilkan juga
berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa teras reaktor tidak akan rusak
walaupun sistem kendali gagal beroperasi.
2.
Penghalang
Ganda
PLTN mempunyai sistem pengaman yang ketat dan berlapis-lapis,
sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun akibat yang ditimbulkannya
sangat kecil. Sebagai contoh, zat radioaktif yang dihasilkan selama reaksi
pembelahan inti uranium sebagian besar (> 99%) akan tetap tersimpan di dalam
matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai penghalang pertama. Selama operasi
maupun jika terjadi kecelakaan, kelongsongan bahan bakar akan berperan sebagai
penghalang kedua untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar
kelongsongan. Dalam hal zat radioaktif masih dapat keluar dari dalam kelongsongan,
masih ada penghalang ketiga yaitu sistem pendingin. Lepas dari system
pendingin, masih ada penghalang keempat berupa bejana tekan dibuat dari baja
dengan tebal ± 20 cm. Penghalang kelima adalah perisai beton dengan tebal 1,5-2
m. Bila zat radioaktif itu masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada
penghalang keenam, yaitu sistem pengungkung yang terdiri dari pelat baja
setebal ± 7 cm dan beton setebal 1,5-2 m yang kedap udara. Jadi selama operasi
atau jika terjadi kecelakaan, zat radioaktif benar-benar tersimpan dalam reaktor dan tidak dilepaskan ke
lingkungan. Kalaupun masih ada zat radioaktif yang terlepas jumlahnya sudah
sangat diperkecil sehingga dampaknya terhadaP lingkungan tidak berarti.

Gambar 1. Sistem Keselamatan Reaktor dengan Penghalang Ganda
3.
Pertahanan
Berlapis
Disain keselamatan suatu PLTN menganut falsah pertahanan berlapis (defence
in depth). Pertahanan berlapis ini meliputi : lapisan keselamatan pertama,
PLTN dirancang, dibangun dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang
sangat ketat, mutu yang tinggi dan teknologi mutakhir; lapis keselamatan
kedua, PLTN dilengkapi dengan sistem pengaman/keselamatan yang digunakan
untuk mencegah dan mengatasi akibat-aibat dari kecelakaan yang mungkin
dapat terjadi selama umur PLTN dan lapis keselamatan ketiga, PLTN
dilengkapi dengan sistem pengamanan tambahan, yang dapat diperkirakan
dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun demikian kecelakaan tersebut
kemungkinan terjadinya sedemikian sehingga tidak akan pernah terjadi
selama umu uperasi PLTN.
4.
Limbah Radioaktif
Selama operasi PLTN, pencemaran yang disebabkan oleh zat
radioaktif terhadap linkungan dapat dikatakan tidak ada. Air laut atau sungai
yang dipergunakan untuk membawa panas dari kondesnsor sama sekali tidak
mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur dengan air pendingin yang
bersirkulasi di dalam reaktor. Gas radioaktif yang dapat keluar dari sistem
reaktor tetap terkungkung di dalam system pengungkung PLTN dan sudah melalui
sistem ventilasi dengan filter yang berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui
cerobong aktivitasnya sangat kecil (sekitar 2 milicurie/tahun), sehingga tidak
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada PLTN sebagian besar limbah yang
dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 – 80 %). Sedangkan limbah
aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas,
sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas
tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah radioaktif aktivitas
rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip,
yaitu :
Ø Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi,
kompaksi/ditekan.
Ø Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk
memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan.
Ø menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi.
Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil
volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif
(vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat
dari beton bertulang atau dari baja tahan karat. Pengolahan limbah padat adalah
dengan cara diperkecil volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran,
selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar
diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan di dalam
drum/beton dengan semen. Sedangn limbah padat yang tidak dapat dibakar atau
tidak dapat dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton
kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif. Selanjutnya limbah
radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun) di gudang
penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat
penyimpanan lembah lestari dipilih di tempat/lokasi khusus, dengan kondisi
geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat.

Gambar 2. Pengolahan limbah
Di Indonesia gagasan untuk
pembangunan PLTN sebenarnya telah ada semenjak tahun 1956, namun pada tahun
1972 ide tersebut baru muncul bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan
Pembangunan PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga listrik (Departemen PUTL). Kemudian berlanjut dengan
di adakannya seminar yang menghasilkan bahwa PLTN harus di kembangkan di
Indonesia dan pada saat itu juga di usulkan 14 tempat untuk pembangunan PLTN
yang salah satunya di Semenanjung Muria. Namun sampai pada saat ini pembangunan
PLTN belum juga dapat terlaksana di karenakan banyaknya alasan-alasan. Padahal
PLTN tidak menyebabkan polusi udara yang begitu parah, limbah dari PLTN hanya
berupa H2O, CO2, dan limbah-limbah lain yang akan kembali pada kolam
penampungan agar dampak dari radiasi dapat di abaikan. Seharusnya kita tidak
perlu mengkhawatirkan hal tersebut secara berlebihan karena reaktor nuklir
telah dirancang sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,
selain itu pembangunan PLTN dari tahap perencanaan rencangan bangunan sampai
dengan tahap dekomisioning akan di awasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Internasional dan Badan Pengawas Dalam Negeri, jadi tidak ada alasan untuk
mengkhawatirkan hal tersebut secara berlebihan.
Sampai saat ini Indonesia belum berhasil
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga belum ada sebuahpun
PLTN yang dapat dioperasikan untuk mengurangi beban kebutuhan energi listrik
yang saat ini semakin meningkat di Indonesia. Padahal energi nuklir saat ini di
dunia sudah cukup berkembang dengan menguasai pangsa sekitar 16% listrik dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa energi nuklir adalah sumber energi potensial,
berteknologi tinggi, berkeselamatan handal, ekonomis, dan berwawasan
lingkungan, serta merupakan sumber energi alternatif yang layak untuk
dipertimbangkan dalam Perencanaan Energi Jangka Panjang bagi Indonesia guna
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan statistik PLTN dunia tahun
2002 terdapat 439 PLTN yang beroperasi di seluruh dunia dengan kapasitas total
sekitar 360.064 GWe, 35 PLTN dengan kapasitas 28.087 MWe sedang dalam tahap
pembangunan. PLTN yang direncanakan untuk dibangun ada 25 dengan kapasitas
29.385 MWe. Kebanyakan PLTN baru dan yang akan dibangun berada di beberapa
negara Asia dan Eropa Timur. Memang di negara maju tidak ada PLTN yang baru,
tetapi ini tidak berarti proporsi listrik dari PLTN akan berkurang. Di Amerika
beberapa PLTN telah mendapatkan lisensi perpanjangan untuk dapat beroperasi
hingga 60 tahun, atau 20 tahun lebih lama daripada lisensi awalnya.
Pada perkembangan selanjutnya setelah
dilakukan beberapa studi tentang beberapa lokasi PLTN, maka diambil suatu
keputusan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang paling ideal dan diusulkan
agar digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTN yang pertama di Indonesia.
Disusul kemudian dengan pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN
yang pertama pada tahun 1978 dengan bantuan Pemerinatah Itali, meskipun
demikian, rencana pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu
penyelesaian pembangunan dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang saat
ini bernana “GA Siwabesy” berdaya 30 MWth di Puspiptek Serpong.
Pada tahun 1985 pekerjaan dimulai dengan
melakukan reevaluasi dan pembaharuan studi yang sudah dilakukan dengan bantuan
International Atomic Energy Agency (IAEA), Pemerintah Amerika Serikat melalui
perusahaan Bechtel International, Perusahaan Perancis melalui perusahaan
SOFRATOME, dan Pemerintah Itali melalui perusahaan CESEN. Dokumen yang
dihasilkan dan kemampuan analitis yang dikembangkan dengan program bantuan
kerjasama tersebut sampai saat ini masih menjadi dasar pemikiran bagi
perencanaan dan pengembangan energi nuklir di Indonesia khususnya di
Semenanjung Muria.
Pada tahun-tahun selanjutnya masih
dilakukan lagi beberapa studi tambahan yang mendukung studi kelayakan yang
sudah dlakukan, antara lain studi penyiapan “Bid Invitation Specification”
(BIS), studi pengembangan dan evaluasi tapak PLTN, studi perencanaan energi dan
kelistrikan nasional dan studi pendanaan pembangunan PLTN. Selain itu juga
dilakukan beberapa kegiatan yang mendukung aktivitas desain dan pengoperasian
PLTN dengan mengembangkan penelitian di beberapa fasilitas penelitian BATAN,
antara lain penelitian teknologi dan keselamatan PLTN, proteksi radiasi, bahan
bakar nuklir dan limbah radioaktif serta menyelenggarakan kerjasama
internasional dalam bentuk partisipasi desain PLTN.
Akibat krisis
multidimensi yang terjadi pada tahun 1998, maka dipandang layak Assessment of Different Energy Resources for
Electricity Generation in Indonesia” (CADES) yang dilakukan dan diselesaikan
pada tahun 2002 oleh sebuah Tim Nasional di bawah koordinasi BATAN dan BPPT
(Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dengan dukungan IAEA.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa
kebutuhan energi di Indonesia diproyeksikan meningkat di masa yang akan datang.
Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun
dan mencapai jumlah sekitar 8146 Peta Joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini
adalah sekitar 2 kali lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal
studi tahun 2000. Pertumbuhan jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan
kapasitas pembangkitan energi listrik yang mencapai lebih dari 3 kali lipat
dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000 menjadi sekitar 100 GWe di
tahun 2025. Jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75% akan dibutuhkan di
jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi yang
tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan
keekonomiannya, maka energi gas akan mendominasi penyediaan energi guna
pembangkitan energi listrik, sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Energi batubara
akan muncul sebagai pensuplai kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk
wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% untuk akan disuplai oleh jenis energi yang
lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru dan terbarukan
lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 5-6% pada tahun
2025.
Mengingat situasi penyediaan energi
konvensional termasuk listrik nasional di masa mendatang semakin tidak seimbang
dengan kebutuhannya, maka opsi nuklir dalam perencanaan sistem energi nasional
jangka panjang merupakan suatu solusi yang diharapkan dapat mengurangi tekanan
dalam masalah penyediaan energi khususnya listrik di Indonesia. Berdasarkan
kajian yang sudah dilaku kan
tersebut di atas maka diharapkan pernyataan dari semua pihak yang terkait
dengan pembangunan energi nasional bahwa penggunaan energi nuklir di Indonesia
sudah diperlukan, dan untuk itu perlu dimulai pembangunan pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN) sekitar tahun 2010, sehingga sudah dapat dioperasikan
secara komersial pada sekitar tahun 2016.
BATAN sebagai Lembaga Pemerintah,
berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, telah dan
akan terus bekerjasama dengan Lembaga Pemerintah terkait, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Lembaga dan Masyarakat Internasional, dalam mempersiapkan
pengembangan energi nuklir di Indonesia, khususnya dalam rangka mempersiapkan
pengembangan energi nuklir tersebut adalah studi dan kajian aspek energi,
teknologi, keselamatan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial-budaya, dan manajemen
yang tertuang dalam bentuk rencana stratejik 2006-2010 tentang persiapan
pengembangan energi nuklir di Indonesia.
teknologi
dan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia sudah siap dengan adanya
kerjasama di bidang teknologi nuklir dengan bangsa-bangsa lain. peran
masyarakat untuk mendukung pembangunan PLTN di Indonesia ini agar hasil yg kita
dapatkan dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia ini. Untuk meningkat pasokan
daya listrik yang cenderung defisit, sedangkan sumber daya alam jika digali terus akan habis juga, sedangkan
uranium cadangannya melimpah dan tak akan habis.
Untuk SDM, saat ini
Batan memiliki Pusdiklat yang bersertifikasi dan punya Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir (STTN) yang siap mencetak ilmuwan dan teknolog nuklir masa depan. Selain
itu berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, UGM, dan ITB
memiliki program pengajaran yang terkait pemanfaatan Iptek nuklir. (sumber:
alpensteel.com)
Indonesia saat ini
memiliki tiga reaktor riset. Pengoperasian dan perawatan ketiga reaktor itu
memberikan pengalaman berharga bagi kita guna menuju ke era listrik nuklir.
Perlu diketahui, pengoperasian reaktor riset jauh lebih sulit dan rumit
dibandingkan PLTN. Adapun desain suatu PLTN yang dikembangkan di Indo nesia
berpedoman pada filosofi ”Defense in Depth”(pertahanan berlapis) untuk keselamatan yang mampu mencegah insiden yang mungkin dapat menjalar menjadi
kecelakaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembangkit
tenaga nuklir (PLTN) menggunakan uranium sebagai bahan bakar. Di dalam PLTN
terdapat reaktor nuklir, yaitu tempat terjadinya reaksi inti. Reaksi nti dalam
reaktor nuklir menghasilkan uap panas. Uap panas ini digunakan untuk
menggerakkan turbin sehingga dihasilkan energi listrik.
Saat
ini banyak dibangun reaktor atom, baik untuk maksud-maksud penelitian ataupun
sebagai sumber tenaga, seperti tenaga listrik. Di dalam reaktor ini terjadi
pembelahan uranium, tetapi dapat dikontrol dengan memberikan moderator seperti
air, air berat, grafit atau berilium. Energi atom ini merupakan sumber energi
alternatif untuk mengatasi masalah cadangan bahan bakar fosil yang semakin
menipis, Di samping, isotop juga banyak digunakan sebagai sumber energi satelit
dan persenjataan.
Kalau
menurut saya sebaiknya pembangunan PLTN dilaksanakan di tempat yang jauh dari
pemukiman penduduk, agar masyarakat menjadi lebih tenang namun walaupun begitu
harus di adakan penyuluhan terlebih dahulu kepada masyarakat khususnya warga
sekitar tempat pembangunan PLTN tentang PLTN tersebut, tujuannya agar
masyarakat dapat lebih tenang lagi, nyaman dan dapat mempercayai pemerintah.
Jika perencanaan sudah matang sebaiknya cepat dilaksanakan pembangunan PLTN
karena batubara yang selama ini kita pakai sudah tinggal sedikit persediaannya,
selain itu masyarakat Indonesia juga sangat membutuhkan PLTN agar mencapai
taraf hidup yang lebih baik.
B.
Saran
Kritik dan Saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah. Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh
mengenai PLTN, penulis mengharapkan agar para pembaca membaca buku-buku lainnya
yang berkaitan dengan judul PLTN.
DAFTAR
PUSTAKA
Ensiklopedi
Teknologi Nuklir (BATAN)
Tim Dosen UNHAS. Kimia dasar I. Makassar,UNHAS ;2004
Zia_Ulhaq,
Muhammad. Modul fisika inti.
Makassar, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar